Tag Archives: Pabrik Bunyi

Pengamen Tunanetra Malioboro Bersuara Emas

Proyek musik Pabrik Bunyi meluncurkan lagu baru berjudul Indonesia Merdesa via toko-toko musik digital iTunes, Apple, JOOX, dan lain-lain per 1 Oktober 2018. Untuk aransemen dan permainan instrumen langsung, Pabrik Bunyi menggandeng musisi-musisi Bandung Bendra dan Dhika; untuk vokal, Deden Malioboro. Berikut profil Deden Malioboro.

Deden Abdurrahman, alias Deden Malioboro, adalah pria yang lahir di Bogor pada 22 Juli 1990. Dia anak bungsu dari lima bersaudara dan satu-satunya yang tuna netra. Ayahnya yang kelahiran Lombok adalah mantan karyawan perusahaan swasta, sedang ibunya yang kelahiran Bogor seorang ibu rumah tangga.

Bercita-cita menjadi guru atau seniman, Deden sekarang kuliah di program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Keguruan dan Imu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Yogyakarta. Di antara kegiatan di organisasi sosial seperti Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia untuk wilayah kota Yogya) dan KKI (Komunitas Keluarga Inklusi), pria lajang ini mengamen dengan menyanyi diiringi musik minus one di depan Mal Malioboro Yogyakarta setiap malam. Kegiatan mengamen ini selain untuk menyalurkan bakat vokalnya, juga untuk mencari nafkah bagi orang tua, keluarga dan anak asuhnya. “Saya juga menyisihkan sebagian rezeki untuk membiayai seorang anak asuh yang masih bersekolah, “ kata Deden yang memiliki kualitas suara seperti Harvey Malaiholo ini.

Pada September 2018, Deden digandeng penulis dan jurnalis Kelik M. Nugroho yang pernah bekerja di grup Tempo dan kemudian membuat proyek musik bernama Pabrik Bunyi, untuk menyanyikan lagu berjudul Indonesia Merdesa karya Kelik M. Nugroho. Diiringi permainan instrumen langsung yang diaransemen oleh musisi Bendra dan Dhika dari Bandung, lagu ini akan beredar di toko-toko musik digital. *

  • Category

  • Song

    • Indonesia Merdesa-18528
  • Artist

    • Pabrik Bunyi
  • Album

    • Single
  • Licensed to YouTube by

    • AdRev for Rights Holder (on behalf of Netrilis)

Menikmati Daftar Lagu Sounds of Jogja di iTunes

cover-iTunes

Ketika membuka portal toko musik digital iTunes, mata saya tertarik pada judul daftar putar (playlist) Sounds of Jogja. Saya klik menu itu dan keluarlah daftar 34 lagu berdurasi 143 menit. Saya mencoba mencari tahu pengertian Sounds of Jogja, dan iTunes memberikan keterangan begini.

Affectionately referred to as “Jogja”, Indonesia’s Yogyakarta is considered the gathering point of Javanese arts and cultures. With a heritage spanning several centuries, it’s no wonder tourists visiting  this magical city are often left ovehelmed by it’s diversity, creativity and splendour. This playlist provides an extensive introduction to the regions most iconic sounds and figures.

Keterangan tersebut saya terjemahkan begini: “Lebih dikenal  sebagai Jogja, Yogyakarta Indonesia dianggap titik pertemuan seni dan budaya Jawa. Dengan warisan yang membentang beberapa abad, tidak mengherankan jika wisatawan yang berkunjung ke kota ajaib ini sering dibuat takjub oleh keragaman, kreativitas dan kemegahannya. Daftar putar ini memberikan pengenalan luas untuk musik dan figur paling ikonik di kawasan ini.”

Berikut beberapa lagu dan musisi yang masuk dalam daftar ini: Amber (ROBBRS), Will You Coming Home (Sarita Fraya), Nanar (The Monophones), Yogyakarta (KLa Project), Kita (SO7), Maaf (Jikustik), Hey Cantik (Shaggydog), Lagi Males Kerja (Endank Soekamti), JOGJA (Chinese Man featuring M2MX, Dubyouth, Kill the DJ), Sandaran Hati (Letto), Jaga Slalu Hatimu (Seventeen), Worth It (Stars and Rabbit), Kendang Jogja Rasa Manila (Pabrik Bunyi), Cublak-cublak Suweng (Norbert Stein Pata Masters Meets Djaduk Ferianto Kua Etnika), dan Pada Siang Hari (Senyawa).

Saya tertarik pada daftar putar ini pertama kali karena setelah mendengarkan lagu JOGJA dari grup Chinese Man. Beatnya yang rancak mirip lagu-lagu rap Jogja Hip Hop Foundation, apalagi ternyata Chinese Man, grup triphop dari Prancis ini menggandeng rapper-rapper Jogja antara lain Kill The DJ. Lagu ini unik karena menggabungkan musik dance, mediterania, dan vokal bahasa Jawa.

Lagu lain yang membuat saya tertarik pada daftar putar ini adalah lagu Cublak Cublak Suweng dari kelompok Norbert Stein (saxophonis Jerman) Pata Masters yang menggandeng Djaduk Ferianto Kua Etnika. Norbert Stein adalah saxophonis jazz asal Jerman, Djaduk Kua Etnika adalah kelompok musik kontemporer berbasis gamelan. Ketika kedua aliran musik itu dipadukan, menjelmalah musik hibrida: kontemporer, tradisional, jazz.

Dari dua lagu itu, dan satu lagu dari kelompok eksperimental Senyawa, saya berkesimpulan bahwa pembuat daftar lagu ini mempunyai selera musik yang ciamik. Namun tak berarti semua lagu dari genre-genre tersebut. Sebagai portal toko musik digital dunia, daftar putar ini juga menampilkan lagu-lagu yang pernah menjadi hit, seperti lagu Seventeen, S07, KLa Kproject, Jikustik, Letto dan lain-lain.

Secara umum daftar lagu Sounds of Jogja iTunes ini memang menyajikan musik-musik yang mewakili musisi-musisi Jogja dan warna musik Jogja. Genrenya beragam: pop, rock, grunge, tradisional, jazz, indie (terbanyak), eksperimental, dan kontemporer. Jadi jika Anda ingin melakukan perjalanan dengan mobil  menuju Jogja dan ingin menghadirkan suasana Jogja, datar lagu ini bisa menjadi pilihan Anda. *

 

 

 

Lagu No Discrimination Tayang di iTunes

Apa kabar para sahabat? Maaf, setelah sekian lama, baru hari ini, saya bisa memposting sesuatu lagi.

Alhamdulilah lagu No Discrimination karya kami sudah bisa diunduh di toko musik digital iTunes sejak 1 Juni 2018, kebetulan bertepatan dengan Hari Kelahiran Pancasila. Tema antidiskriminasi tentu relevan dengan nilai Pancasila persatuan Indonesia. Juga relevan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, harmonis dalam keragaman.

Lagu No Discrimination karya pertama Pabrik Bunyi yang mengandung syair. Pun berbahasa Inggris, karena diharapkan pesannya menjangkau manusia lebih banyak di muka bumi. Lagu ini hasil kolaborasi Pabrik Bunyi dengan Nadea dan Ario, dua musisi asal Jogja.

Pada 2015, melaui iTunes juga, Pabrik Bunyi telah menerbitkan satu mini album berjudul Hyperpositive yang berisi 6 lagu tanpa syair. Album yang memakai instrumen digital ini hasil kolaborasi dengan penata musik Kindar Bhakti Nusantara dan Seno.

Selamat mengapresiasi musik karya musisi Indonesia. Kalau bukan Anda yang peduli, lalu siapa? *